Bone, 23 September 2024 Dian Fitriani, mahasiswi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UIM Al-Gazali, tengah mengukir pengalaman berharga melalui keikutsertaannya dalam program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) yang berlangsung di Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Melalui keterlibatannya dalam program ini, Fitri berbagi kisah mengenai dinamika mentoring, tantangan lapangan, serta pengetahuan baru yang ia peroleh selama di bawah bimbingan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian.

Fitri dan timnya menerima bimbingan intensif dari mentor BPPSDMP, Kak Hery, yang tengah mendampingi mereka selama program ini. “Proses mentoring melibatkan diskusi terkait progres kegiatan lapangan, arahan yang kami dapatkan, serta solusi atas berbagai kendala yang muncul,” ujar Fitri. Pembekalan juga diberikan untuk persiapan kegiatan pekan mendatang yang ditambah dengan diskusi bersama tim guna menyusun laporan sesuai dengan modul yang ditetapkan. “Ini sangat membantu kami dalam memperjelas arah kerja dan menyelesaikan masalah yang muncul selama kegiatan,” lanjutnya.

Salah satu tugas utama yang dilakukan Fitri dan timnya adalah mengidentifikasi potensi wilayah (IPW) dan meng-entry data alat dan mesin pertanian (ALSINTAN). Kegiatan ini memerlukan data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan Kelompok Tani (Poktan) setempat serta data sekunder yang diambil dari kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Kahu. “Setiap hari kami belajar melalui wawancara dan observasi yang tentu saja meningkatkan keterampilan kami dalam mengumpulkan dan mengolah data,” ungkap Fitri.

Namun tidak semua berjalan mulus, Fitri mengungkapkan bahwa salah satu tantangan terbesar selama magang adalah akses ke desa binaan yang terbilang jauh dari lokasi pondokan mereka. “Rumah kami dan lokasi desa cukup jauh dan kendaraan yang tersedia juga terbatas. Solusinya kami meminta bantuan mentor atau penyuluh untuk berangkat bersama,” jelas Fitri. Tantangan lain yang dihadapi adalah bahasa. Banyak petani di Kecamatan Kahu lebih nyaman berkomunikasi menggunakan Bahasa Bugis. “Kami melibatkan mentor atau teman yang fasih berbahasa Bugis untuk membantu kami berkomunikasi lebih baik,” katanya.

Selain tantangan komunikasi, Fitri juga mendapati adanya masalah serius di lapangan seperti serangan penyakit blas dan hama tikus yang dialami para petani. Bersama timnya mereka menawarkan solusi seperti mengganti benih dengan varietas yang tahan hama, menerapkan sistem tanam legowo, hingga menggunakan musuh alami tikus seperti burung hantu. Fitri menjelaskan, “Kami juga merekomendasikan rotasi tanaman, tanam serentak, dan penggunaan pestisida nabati yang berbahan dasar singkong untuk menanggulangi hama.”

Pengalaman ini tidak hanya menambah wawasan teknis Fitri, tetapi juga mengajarkan cara berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, berkomunikasi lebih baik, serta beradaptasi dengan lingkungan baru. “Saya mendapatkan banyak pengetahuan, keluarga baru, dan pengalaman baru yang sangat berharga selama magang ini,” tuturnya penuh syukur. Fitri juga merasa beruntung karena selama program MSIB ini kehidupan mereka terjamin, aman, dan nyaman. “Masyarakat di Kecamatan Kahu menerima kami dengan sangat baik,” tambahnya.

Dengan pengalaman berharga ini, Dian Fitriani tak hanya mempersiapkan diri untuk dunia kerja, tetapi juga mengasah keterampilannya dalam berkolaborasi dan memecahkan masalah nyata di lapangan. Magang di BPPSDMP Kementan telah memberikan bekal yang tak ternilai bagi mahasiswi Agribisnis Fakultas Pertanian UIM Al-Gazali ini yang siap menghadapi tantangan-tantangan baru di masa depan. (da/df)

Leave a Comment